Pada
tahun 1792, pertama kali
ditemukannya sistem komunikasi sederhana oleh seorang ahli dari perancis yaitu Claude
Chappe. Ciptaannya berupa berupa teknologi Tachygraphe (Telegraph) yang
dikenal dengan pesawat claude chappe.
Kemudian pada tahun 1794, tentara perancis menggunakan pesawat claude
cheppe tersebut untuk mengirim berita-berita pada jarak yang jauh, serta
menamakannya “TELEGRAPHE”. Dan jika diuraikan maka istilah telegraph berasal
dari dua kata yaitu Tele yang berarti
jauh dan Graphos berarti tulisan atau menulis.
Pada tahun 1800 - 1850, setelah orang mengenal listrik, maka
JB Morse seorang ahli dari Amerika mengembangkan teknologi telegraph ini
menjadi telegrap elektronik, dengan menggunakan code-code tertentu yang dikenal
dengan sebutan code Morse.
Pada tanggal 3 juni 1875, Alexander Graham Bell berhasil menciptakan pesawat telepon yang terdiri
dari pesawat penerima dan pengirimnya sekaligus. Sebelum penemuan tersebut,
upaya-upaya untuk mengirimkan suara melalui kawat sudah dirintis sejak tahun
1854 dengan memakai prinsip pengiriman telegrap dengan pengadaan dan pemutusan
arus. Tahun 1574 Ellisha Gray berhasil membuat
penerimanya, tetapi dia tidak berhasil membuat pesawat pengirimnya. Setelah
memperoleh hak patent 7 Maret 1876 untuk penemuannya tersebut, Alexander Graham
Bell kemudian dianggap sebagai penemu pesawat Telepon.
Percobaan hubungan telepon pertama kali yang dilakukan oleh Alexander Graham Bell pada tahun 1876-1877 dari kota Salem ke kota Boston yang berjarak 14 mil. Percobaan
tersebut berhasil mengubah energi akustik menjadi energi listrik dan
sebaliknya. Percobaan diatas menjadi dasar temuannya pesawat telepon. Dan
semenjak kesuksesan eksperimen yang dilakukannya, dunia komunikasi
mengalami perkembangan yang pesat, sehingga kini persoalan jarak dan waktu
tidak lagi menjadi rintangan berkomunikasi. Selanjutnya baik bentuk pesawat
telepon maupun sistem pesawat telepon berkembang sesuai dengan kebutuhan.
Tanggal 13 Juli 1881,
Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan keputusan pemerintah No 5/1881 yang
memberikan konsesi kepada sebuah perusahaan swasta untuk menyelenggarakan
pemasangan dan pengurusan perhubungan telepon di Batavia (Gambir dan Tanjung
Priok) kearah Semarang dan Surabaya dengan masa konsesi diberikan selama 25
tahun.
Tanggal 16 Oktober 1882, pembukaan jaringan-jaringan telepon di Jakarta yang meliputi Gambir dan
Tanjung priok. Sedangkan untuk Semarang dan Surabaya pembukaan
jaringan-jaringan teleponnya dibuka pada tahun 1884. Sistem pengoperasian alat-alat telepon saat itu dikenal dengan
sistem batere local atau LB, dimana catudaya yang dipakai berasal dari batere
kering sebagai sumber arus listrik yang ditempatkan di setiap pesawat.
Tanggal 16 Nopember 1896, Saluran Telepon Interkomunal (Interlokal) yang pertama, Jakarta – Semarang
dibuka, yang disusul dengan saluran
Jakarta – Surabaya. Konsesi proyek
tersebut kemudian diserahkan kepada badan usaha swasta Intercommunal
Telefoon Maatschappij, yang selama dua tahun berhasil menghubungkan Jakarta –
Bogor, Bogor – Sukabumi dan Sukabumi – Bandung.
Tahun 1916, sentral
telepon utama yang menggunakan sistem pembagian Otomatis (Automatische verdeel
system) didirikan. Sentral pembagian otomatis dengan menggunakan sistem batere sentral
(CB) ini didirikan karena mulai muncul kebutuhan akan kantor-kantor telepon
baru di Pulau Jawa.
Tahun 1934, pemakaian
telepon otomat mulai diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia dengan pemakaian
telepon otomat, berarti sistem manual (telepon engkol) tidak dipakai lagi
karena seorang penelepon bisa secara langsung menghubungi nomer yang dituju
tanpa menggunakan bantuan operator. Namun dalam perkembangannya tidak semua
mendapat fasilitas telepon otomat mengingat kemampuan masyarakat Indonesia saat
itu masih rendah.
Tanggal 29 September 1969, Presiden Soeharto meresmikan stasiun bumi Jatiluhur untuk menghubungkan
komunikasi ke Luar Negeri melalui Satelit Internasional. Dengan stasiun bumi
tersebut, Indonesia secara praktis bisa mengirimkan informasi telepon,
telegrap, facsimile, televisi dan data transmisi melalui teknologi satelit.
Semua peralatan stasiun bumi tersebut dibeli dari International Telegraph and
Telephone (ITT) yaitu suatu badan dunia dibawah naungan badan PBB yaitu ITU (International Telecomunications
Union) seharga 4,5 juta dollar AS. Berat stasiun bumi kira-kira 300 ton dengan
diameter antenanya 60 kaki dan tinggi 90 kaki.
Tanggal 9 Juli 1976,
peluncuran satelit komunikasi milik Indonesia yang pdrtama dari Cape Canaveral
Amerika serikat dapat dilakukan dengan sukses, dan satelit tersebut dinamakan
satelit PALAPA yang mengorbit pada ketinggian geostasioner 36.000 km dengan
kedudukan 83 derajat bujur timur di langit. Sedangkan stasiun pengendalinya di
Bumi terletak di kota Cibinong yang terletak pada 106,85 derajat bujur timur
serta 6,15 derajat lintang selatan. Peristiwa tersebut disaksikan pula oleh
Menteri Perhubungan saat itu Bapak Emil Salim.
Tanggal 16 Agustus 1976, Presiden Soeharto meresmikan Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD)
Palapa yang ditandai dengan pembicaraannya dengan Gubernur Daerah Istimewa Aceh
Muzakir Walad melalui Telepon SLJJ (Sambungan Langsung Jarak Jauh).
Tanggal 1 Nopember 1985, Menteri Pariwisata dan Telekomunikasi Achmad Tahir meresmikan
pemakaian Sentral Telepon Otomat (STO)
dengan Sistem Digital yang disebut STDI yang berkapasitas 11.000 satuan
sambungan (SS) yang belokasi di Kantor Telkom Gambir (Jakarta).
Tanggal 1 Nopember 1988, telepon umum sistem kartu mulai dipasang di Jakarta. Dengan demikian,
berarti selain telepon umum koin, di Jakarta juga terdapat telepon umum kartu. Telepon kartu bisa
digunakan untuk SLJJ (Sambungan Langsung Jarak Jauh) maupun untuk SLI
(Sambungan Langsung Internasional).
Tanggal 14 Juli 1995, PT. Telkomsel (perusahaan patungan PT. Telkom dengan PT. Indosat) yang
bergerak dibidang selular mencanangkan penggunaan teknologi baru Plan NET untuk
menunjang telepon selular Global System For Mobile (GSM) Communications di
kawasan Jabotabek. Teknologi tersebut mampu menganalisa secara tepat lokasi
pembangunan Stasiun Radio Pemancar (Radio Base Stations) GSM, sehingga kualitas
suara yang diterima telepon seluler GSM akan lebih baik.
Tanggal 29 April 1998 PT Excelcomindo salah satu operator GSM meluncurkan teknologi baru berupa
kartu Subscriber Indentification Module (SIM) pra bayar yang bisa digunakan di
luar domisili (Roaming) dengan nama Pro-XL. Inovasi tersebut kemudian diikuti
oleh PT Telkomsel dengan mengeluarkan kartu pra bayar mereka yang dinamakan
SimPATI Nusantara, yang bisa digunakan di semua tempat yang diliputi Telkomsel
di 27 Propinsi, 1.400 Kecamatan dan 330 Kota.
Bulan Juli 2001, PT
Indosat meluncurkan produk barunya yang merupakan pengembangan dari telepon
seluler yaitu IMMM (IM3)/Indosat Multy
Media Mobile, jadi teknologi telepon seluler ini sudah dapat dipergunakan untuk komunikasi multimedia.